Artikel Education, General And Islamic

Profil Dan Standar Lulusan

Artikel terkait : Profil Dan Standar Lulusan

A.  Konsep Tentang Standar Lulusan
1.    Pengertian Standar Lulusan
Profil adalah pandangan dari samping (tentang wajah orang), lukisan (gambar) orang dari samping (sketsa biografis), penampang (tanah, gunung, dsb), grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Maksudnya adalah mengenai perihal sesuatu.[1]
 Standar adalah patokan, sedangkan standar lulusan adalah standar pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kopeteni lulusan.[2] Standar ini memerlukan kualifikasi kemampuan lulusan yang berkaitan dengan sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Sewaktu-waktu tingkat pencapai standar tersebut perlu diketahui sampai dimana efektivitasnya.
Profil Dan Standar Lulusan
Image From kurniaeva.blogspot.com
Dari pengertian di atas ada beberapa hal yang harus digarisbawahi. Pertama, standar lulusan adalah standar nasional pendidikan, kedua, standar lulusan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran, ketiga,  standar lulusan diarahkan untuk mencapai standar kopetensi lulusan.[3] 
2.    Fungsi Standar Lulusan
Sebagai standar minimal yang harus dilakukan memiliki fungsi sebagai pengendali proses pendidikan untuk memeroleh kualitas hasil dan proses pembelajaran, yakni kompetensi yang harus dicapai dalam ikhtiar pendidikan.[4] 
3.    Tujuan Standar Lulusan
Pendidikan dikatakan sebagai usaha yang didasari oleh pelakunya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.[5] Menurut PP No 19 Tahun 2005 ayat 4 tentang standar kompetensi lulusan bertujuan untuk mengkualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Standar lulusan ini mencakup semua jenjang pendidikan.[6]

B.  Standar Lulusan Pesantren
Perkembangan pendidikan Islam awalnya dirintis melalui pendidikan pesantren salafiyyah yang orientasinya mengajarkan  pendidikan Islam. Namun, perkembangan terakhir pendidikan pesantren dituntut agar dapat menguasai ilmu-ilmu umum, sehingga para lulusannya dapat melanjutkan ke perguruan tinggi dan mampu berkompetensi di pemerintahan. Penerapan kurikulum pesantren dan madrasah dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu pesantren salafiyyah dan khalafiyyah. Pesantren salafiyyah (tradisional) menyelenggarakan pembelajaran kepada kompetensi mampu menguasai isi kitab tertentu yang telah ditetapkan secara berurutan. Sedangkan, pesantren khalafiyyah (modern) menempuh sistem pendidikan satuan pendidikan formal, menggunakan kurikulum yang sama dengan kurikulum madrasah dan sekolahan (schooling system).[7]
Pondok pesantren di tengah arus modernitas saat ini tetap signifikan. Sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia pesantren memiliki kontribusi penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Lembaga pendidikan ini layak dipertimbangkan dalam proses pembangunan bangsa di bidang pendidikan, keagamaan dan moral. Ditinjau secara historis, pesantren memiliki pengalaman luar biasa dalam membina, mencerdaskan dan mengembangkan masyarakat. Bahkan, pesantren mampu meningkatkan perannya secara mandiri dengan menggali potensi yang dimiliki masyarakat di sekitarnya. Pesantren telah lama menyadari bahwa pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga semua komponen masyarakat, termasuk dunia pesantren sendiri.
Maka dari itu, pemerintah sangat mengharapkan kerjasama dari pesantren dengan mengupayakan membentuk semacam standarisasi, yang tentu saja bisa diciptakan dan dikelola sendiri oleh para pengasuh pesantren. Standarisasi sangat penting agar pemerintah bisa mengalokasikan bantuan yang bisa dikoneksikan dan dicantolkan karena memiliki standarisasi. Kalau tidak memiliki standarisasi tentu akan sulit bagi pemerintah melihat apa yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya. Lebih-lebih saat ini di tanah air sedang marak terjadinya radikalisme yang dilakukan oleh komunitas-komunitas yang mengatasnamakan pesantren padahal bukan pesantren. Nah, di sinilah pentingnya standarisasi.[8]
Untuk mendapatkan standar mutu pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan secara nasional maupun internasional maka kegiatan pembelajaran harus memiliki beberapa acuan dan program-program yang diselenggarakannya. Program-program tersebut diantaranya adalah:
1.    Berpegang teguh pada aqidah Ahlusunnah wal Jama’ah.
2.    Mampu mengembangkan modal dasar ilmu yang diperoleh di pesantren.
3.    Mengamalkan ilmu yang diperoleh secara kreatif dan ikhlas mengabdi kepada masyarakat banyak.
4.    Menjaga harga diri dengan sikap dan bertingkah laku yang baik serta tawadhu’ dan berbudi luhur.[9]
Dalam rangka memberdayakan lulusan pesantren yang memiliki ilmu dunia dan akhirat maka pendidikan pesantren perlu memiliki standar lulusan yang mumpuni untuk menghadapi perkembangan dunia global yang semakin menentang di depan kita, di mana tantangan pendidikan pesantren harus mampu menata sistem pendidikannya dengan pendidikan akhlak. Hal ini merupakan realita bahwa pendidikan agama yang berorientasi kepada moral tak dapat dipisahkan dengan pemahaman keilmuan. untuk mencapai itu semua yang harus dilakukan adalah hikmah atau wisdom (kebijaksanaan) berdasarkan pada ajaran islam yang dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang arti kehidupan serta realisasi dari peran-peran tanggung jawab sosial. Setiap santri diharapkan bisa menjadi santri yang wise (bijaksana) dalam menentukan kehidupan ini. Dalam bahasa pesantren, wise bisa dicapai ketika santri menjadi seorang yang âlim (yang menguasai ilmu), shâlih (baik), dan nâsyir al-‘ilm (penyebar ilmu dan ajaran agama).[10]
Para lulusan diharapkan memiliki intelektual khas muslim, maka sistem pendidikan yang memadukan sistem pendidikan di atas perlu dicari solusi, agar kemajuan global tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan pola pikir masyarakat dan tidak menyalahi dari sendi-sendi agama Islam.[11]
Pesantren biasanya membanggakan diri sebagai lembaga pendidikan yang mampu menciptakan kader-kader dan pimpinan-pimpinan masyarakat. Tapi kalau kita perhatikan, ternyata para alumninya hanya cocok terutama untuk jenis masyarakat yang memang sudah dari semula menerima dan mengadopsi nilai-nilai yang ada di pesantren bersangkutan. Sedangkan untuk masyarakat umum, mereka sama sekali tidak memenuhi harapan. Buktinya kita kesulitan menemukan tenaga-tenaga yang memadai untuk mengajar agama di sekolah-sekolah umum sekalipun jumlah lulusan pesantren sangat banyak. Apalagi untuk dapat mengisi kebutuhan tenaga pengajar di perguruan perguruan tinggi. Alumni-alumni pesantren ini hanya cocok untuk mengajar di lembaga-lembaga pendidikan yang sejenis dengan pesantren sendiri seperti madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, dan sekolah keagamaan lainnya.[12]
Oleh karena itu, pesantren harus mempunyai standar kelulusan yang harus dicapai oleh setiap santrinya, yaitu sholat berjamaah lima waktu, membaca Al Qur’an dengan baik dan benar, membaca kitab kuning, berkutbah atau berpidato dan menjadi panutan di masyarakat.[13] Tidak hanya itu saja, akan tetapi juga bisa menjalankan shari’at agama, menjauhi larangan yang telah ditetapkan oleh agama, dan bisa mempraktekkan apa yang telah dipelajari di pondok secara keseluruhan.[14]
Setiap pondok pesantren memang telah membuat patokan-patokan atau standar untuk generasi lulusan yang lebih baik, tetapi tujuannya tetap sama, yaitu: (1) menyiapkan santri mendalami dan menguasai ilmu agama Islam atau lebih dikenal dengan tafaqquh fi> al-di>n, yang diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama' dan turut mencerdaskan masyarakat Indonesia, kemudian diikuti dengan tugas, (2) dakwah menyebarkan agama Islam, (3) benteng pengetahuan umat dalam bidang akhlak, (4) berupaya meningkatkan pengembangan masyarakat di berbagai sektor kehidupan.[15]

C.      Peran lulusan
Berkembangnya manusia tak cukup hanya dengan pertumbuhan fisik yang sehat, tetapi perlu dilengkapi dengan pertumbuhan rohani yang bagus. Pendidikan pesantren merupakan cerminan pendidikan jiwa yang harus ada bagi setiap manusia. Jika kita ingin melihat fenomena dalam masyarakat secara obyektif, maka kita akan menjumpai bahwa ada perbedaan yang jauh antara orang yang ingin belajar pengetahuan agama Islam di pesantren dengan orang yang hanya mempelajari Islam lewat pendidikan di lembaga formal. Kenapa demikian? Karena disamping waktu yang tersedia di lembaga formal jauh lebih sedikit, juga karena materi keislaman yang disediakan sangat terbatas. Berbeda dengan realita yang ada di pesantren, lembaga ini benar-benar memaksimalkan perannya dalam mencetak kader-kader yang berpengetahuan Islam secara luas dan bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.[16]
Walaupun pesantren tak selamanya bisa menjamin alumninya akan menjadi orang-orang yang sukses atau pandai dalam wawasan keisalaman. Namun, sedikit atau banyak peran pesantren tetap sangat dibutuhkan dalam perkembangan pendidikan dan moral bangsa Indonesia. Ketika terjadi ada alumni pondok pesantren yang kurang berhasil, maka ini bukan kesalahan pesantren sepenuhnya. Karena tak ada pesantren yang mengajarkan ajaran yang jelek. Ketika terjadi seperti itu, mungkin lebih dekat dengan faktor alumni tersebut. Seperti karena kurang serius dalam mematuhi aturan pesantren dan dalam belajar serta mungkin juga kesadaran yang belum sepenuhnya ada pada dirinya untuk mengamalkan segala hal kebajikan yang ia telah tahu. Intinya dengan adanya lembaga pesantren kita bisa mencerdaskan bangsa.[17]
Dari paparan di atas, maka nampak jelas bahwa peran lulusan pesantren bagi masyarakat sangat dibutuhkan. Di samping itu pesantren juga mendidik santrinya untuk bisa disiplin, mandiri, hidup sederhana dan peka dengan sosial. Kehidupan di pesantren tak sama dengan kehidupan di apartemen atau layaknya hidup di rumah sendiri. Karena memang sengaja untuk membentuk santri yang siap hidup sederhana dan lebih mementingkan kepentingan umat. Kita mengharapkan pula pondok pesantren, para santri dan alumninya dapat menjadi pelopor reformasi dalam membangun masyarakat Indonesia baru yang demokratis, maju dan mandiri di atas landasan kejujuran, kebenaran dan keadilan.[18]

D.      Karakteristik Lulusan yang Bermutu
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan agama Islam yang berdiri secara swasta dan dipimpin oleh seorang kyai. Lembaga pendidikan swasta ini terdiri dari kyai, yang merupakan pimpinan pesantren dan juga menjadi figur yang ditokohkan dalam lembaga ini, di samping itu juga terdiri dari struktur kepengurusan pesantren yang terdiri dari ketua santri dan beberapa pengurus yang lain. Sebagai warga negara yang beragama Islam patut bangga dan bersyukur dengan banyak berdirinya pesantren serta terus ikut membantu dengan memberikan kontribusi kepada pondok-pesantren agar terus berkembang dan maju keberadaannya.[19]
Memang tidak semua pesantren berkualitas, di sela-sela ramainya pesantren, harus diakui masih ada beberapa yang agak tertinggal, kurang berkembang atau mengalami kendala internal. Tetapi yang kasusnya begini tidak mengurangi citra pesantren secara keseluruhan. Masih banyak pesantren yang berkualitas, mengajarkan tiga bahasa, menghasilakan lulusan terbaik, dengan hati Makkah dan otak Jerman.[20]
Jika membandingkan pesantren dengan sekolah umum pada saat sekarang ini, maka, lembaga pendidikan yang dikelola para kyai ini justru memiliki berbagai kelebihan yang justru terkait dengan esensi pendidikan itu sendiri. Kelebihan pendidikan pesantren, beberapa di antaranya, yaitu:.
1.    Pesantren memiliki kemandirian dan otonomi secara penuh.
2.     Memiliki semangat juang dan berkorban yang tinggi dari semua yang terlibat di dalamnya. Komersialisasi pendidikan yang berujung terjadi runtuhnya nilai-nilai pendidikan tidak terjadi di lingkungan pesantren. Pesantren dibangun dan dikelola atas dasar keikhlasan dan diniatkan sebagai ibadah.
3.    Pendidikan pesantren dijalankan secara lebih komprehensif atau utuh, meliputi pendidikan akhlak, spiritual, ilmu pengetahuan, dan juga ketrampilan.
4.    Pendidikan di pesantren dijalankan tidak saja sebatas mentrasfer ilmu pengetahuan, apalagi hanya sebatas informasi, lebih dari itu adalah menstranfer kepribadian. Para kyai secara langsung memberikan tauladan dan juga membiasakan hal-hal yang baik, sehingga ditiru oleh para santrinya.
5.    Pendidikan pesantren tidak mengejar simbul-simbul, seperti sertifikat atau ijazah, melainkan untuk membangun watak atau akhlak mulia.[21]
Setelah penulis telusuri peluang dan tantangan untuk meningkatkan kualitas SDM sampailah penulis pada harapan pada upaya peningkatan SDM melalui pondok pesantren. Jerih payah yang kita amalkan dalam pendidikan Pondok Pesantren diharapkan kelak dapat melahirkan intelektual muslim yang:
a.    Selalu berbuat atau bertindak sesuai dengan ketentuan yang diamanahkan oleh Al Qur’an dan Al Hadis agar dia selalu dapat menempatkan dirinya sebagai choeru ummah yang dapat menjadi tauladan di tengah masyarakat sekelilingnya
b.     Takutnya hanya kepada Allah SWT tidak kepada ciptaan Allah SWT lainnya
c.    Ingin menciptakan kemakmuran serta kedamaian di muka bumi
d.   Takut menyebarkan fitnah, berani menegakkan kebenaran serta keadilan
e.    Dalam mengerjakan apapun hanya dalam rangka mencari ridho Allah SWT, karena sadar benar tentang adanya kebahagiaan yang abadi di akhirat
f.     Memiliki sifat-sifat siddiq, amanah, tabliqh, fatonah, serta selalu tawadhu dan tafakhur
g.    Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga mampu menemukan hal-hal baru yang bermanfaat bagi manusia. [22]
Untuk mewujudkan harapan tersebut di atas kunci utamanya terletak di tangan para pendidik, yang harus memiliki karakter kuat, sabar, istiqomah, tegas, penuh perhatian, adil, menguasai benar-benar materi yang ingin disampaikan.

Fote Note
[1] Devinisiprofilwekipedia, (online). http://www.investasionline.net/net/definisi-profil-wikipedia.html di akses pada  tanggal 15 februari 2013
[2] Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 109
[3] Sanjaya Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Pernada Media Grup), 5
[4] Ibid, 4-5
[5]Heri Nur Ali, Watak Pendidikan Islam (Jakarta:Agung Insani, 2008), 111
[6] Sanjaya Wina, Strategi Pembelajaran, 8
[7] Armanawi, Kurikulum Pendidikan Pesantren (online), http://www1.harian-aceh.com/opini/85-opini/3711-kurikulum-pendidikan-pesantren.html diakses pada tanggal 3 april 2012
[8]Admin, Pesantren Menyongsong Masa Depan, (online),  http://www.rumahkitab.
com/news/16/   nasional/188/pesantren_menyongsong_masa_depan_.html diakses pada tanggal 3 apri 2012
[9] Ali Anwar, Pembaharuan Pendidikan di Pesantren Lirboyo Kediri (Yogyakarta: pustaka belajar, 2011), 99-100
[10] Dian Nafi’dkk, Praktis Pembelajaran Pesantren (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara, 2007), 49
[11] Terapkan Empat Standar Kelulusan Agama dan Pendidikan (online), http://www.pelita.or.id/baca.php?id=95156 diakses pada tanggal 3 apri 2012
[12] Nur Cholish Madjid,  Bilik-bilik Pesantren (online), http://pcinumesir.tripod.com/ilmiah/pusaka/ispustaka/buku06/006.htm diakses tanggal 3 april 2012
[13] Abdul Hanan, Menjadi Santri Teladan (Surabaya: PT. Pustaka Media Prakasa, 1999),  53.
[14] Wawancara dengan ketua Pondok Pesantren Darul Huda Mayak M Bisri Mustofa di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak pada  tanggal  21 april 2012 pukul 11:45
[15] Ahmad Jawahir, Peran Santri Dalam Melestarikan Nilai-Nilai Keagamaan,(online), perpus.
stainpamekasan.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1045 diakses pada tanggal 11 agustus 2012.
[16] Faiz Husaini, Peran Pondok Bagi Masyarakat, (online),http://hidupsemangat.
blogspot.com/2008/12/peran-pondok-pesantren-bagi-masyarakat.html diakses pada tanggal 11 agustus 2012
[17] ibid.,
[18]Ginanjar Kartasasmita, Peran Pondok Pesantren Dalam Membangun Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas, (online) , http://www.ginandjar.com/public/05PeranPondokPesantren.pdf diakses pada tanggal 11 agustus 2012.
[19] Faiz Husaini, Peran Pondok Bagi Masyarakat..,
[20] Ahmad Sarwat, Salahkah Menitipkan Anak Di Pondok, (online), http://www.rumahfiqih. com/ust/e2.php?id=1183540495&title=salahkah-menitipkan-anak-di-pondok-pesantren diakses pada tanggal 11 Agustus 2012.
[21] UIN Malang, Kemandirian Pondok Pesantren dan Tantangan Masa depan, (online), http://uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1184%3Akemandirian-pondok-pesantren-dan-tantangannya-di-masa-depan&catid=25%3Aartikel-rektor&Itemid=174 diakses pada tanggal 11 Agustus 2012.
[22] Ginanjar Kartasasmita, Peran Pondok Pesantren Dalam Membangun Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas.,


Demikian sedikit ulasan tentang Profil Dan Standar Lulusan semoga bermanfaat, jangan lupa komen, like and share. Terimakasih atas kunjungannya dan bagi sahabat blog ARWAVE yang menginginkan materi terkait dengan pembahasan saat ini atau yang lain silahkan tulis di kotak komentar.

Artikel Arwave Blog Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa Coment ya sooob...!

Copyright © 2015 Arwave Blog | Design by Bamz